Rabu, 09 Juli 2014

PENYAKIT LIBUR PANJANG

Seperti apa rasanya, menikmati bulan puasa di tanah rantau ? pertanyaan yg selalu tergantung dibenak ku selama ini dan kini aku sedang menjalani dari pertanyaan itu.

Sudah lebih dari sepuluh hari saya puasa di tanah orang, ini adalah pertama kalinya bagi saya. Awal-awalnya sih asiiek namun dihari yag ke tujuh hatiku mulai goyah dengan rayuan manis teman-temanku. Berbagai macam rayuan kompor mereka supaya aku bisa pulang. Bahkan ada yang menawarkan pulangnya bareng, tiket sudah disiapkan. Tapi hati ini menolaknya dengan berat dan penuh penyesalan.

Di hari yang kesepuluh adalah puncaknya betapa hati ini ingin melihat senyum rama khas mereka dan kulit saumatang mereka, betapa hati ini ingin melihat senja di timur nusantara, ingin menikmati popeda dicampur pisang lewangka dan ikan bobara bakar asli Maluku utara. Tapi, itu semua hanyalah keingin yang harus di tahan setahun kemudian, baru bisa jadi kenyataan. 
Seriuus loh setahun lagi baru jadi kenyataan..!!

Sejak di telpon orang tua sore itu, malamnya saya langsung bersemedi diatas kasur sampai siang, gara gara satu kalimat dari orang tua. katanya “ Anak manis, kamu belum bisa pulang kampong tahun ini”. Sungguh tak habis pikir, aku bersemedi semalaman untuk berpikir tapi sungguh tak habis pikir, Aku terus berpikir malam itu sampai tak bisa dipikirkan karna bingun dan makin bingun dan marah bercampur galau. Siaal diriku terjangkit penyakit galau malam itu, penyakit yang palingku benci dan selalu ku tantang habis-habisan, ku teriak-teriakin lewat tulisan di halaman facebook (status coy). Seharusnya dari awal sudah di kasih tahu kalau tak ada tiket pesat untuk-ku tahun ini. Perlengkapan yang selama ini saya siapkan buat pulkam dan janji-janji sahabat lama serta rencana-rencana kegiatan yg akan diadakan “pas” di kampung halaman. Gagal Total..!! kini itu semua hanyalah harapan dalam saku celana. (disimpan dulu semoga bisa dipake lagi tahun depannya).


Walaupun bimbang tapi harus terus dijalani, mungkin ini adalah jawaban dari pertanyaan yang terus-terus menggantung dalam benak ku. Bagaimana rasanya puasa plus lebaran dikampung halamannya orang ??  jawabannya__ yaah seperti inilah rasanya, “pahit dan juga manis”. Seperti koffe dan susu bercampur jadi satu dalam gelas. Hanyah bisa di tebak dengan rasa bukan dengan mata. Bagiku  pahitnya puasa di negeri orang itu ketika aku lagi butuh teman, eh ternyata teman ku pulkam semua, apalagi di daerah ku  penduduknya mayoritas mahasiswa luar pulau. Sungguh mati…!! rasanya seperti kampus hantu. Tak ada aktivitas, tak ada lalulalang sepeda motor dan tak ada perkumpulan organisasi. Di tanbah lagi kios, toko dan warung banyak yang tutup siang dan malam. Seriuus loh ini bukan bualan, tapi ini adalah suara hati yang terombang-ambing dari seorang mahasiswa yang galau mencari kehidupannya. Seperti kata Nike Ardila aku bagai nelayan yang kehilangan arah dan tak tahu mau kemana (preeeet…!!!). seriuus loh ini bukan guyonan, kalau kamu ngk percaya coba saja sendiri.

Nah kalau manisnya itu aku bisa jalan-jalan kemana saja sesuka hati (iya kalau punya uang). Bisa tidur sepuasnya di kontrkan (iya kalau ngak bosan). Bisa ke kampus kapan saja terserahku (itupun kalau ada acara) apalagi kampusku skrng sedang libur dua bulan. waktu liburan yang panjang itu saya menfaatkan ke malang-ngumpul bersama sahabat dan sodara-sodara di malang (dari pada saya sendiri di kontrakan). Tujuanku kemalang adalah untuk mengobati penyakit galau, duduk bersama sahabat, buka puasa bersama keluarga, tinggal dan jalan-jalan bersama keluarga bukan mengobati rasa galau ku ini. Tapi, malah menbah rinduku ingin pulang ke kampung halaman. Seriuus ini jangan diketawain loh, untuk saat-saat ini Aku benar-benar membutuhkan kasih sayang orang tua, Aku membutuhkan canda tawa orang tua, Aku membutuhkan masakan orang tua, intinya adalah Aku ingin berkumpul bersama keluarga di rumah. Titik..!!     


#Kasihan suara hati yg tak kesampaian#





1 komentar: