Sabtu, 22 November 2014

CUKI-MAI, the Government

By. MN
Entah kenapa kata “cukimai” tiba-tiba ramai di dalam kelas dan di warung-warung kofe, di sosial media dan bahkan ada teman asal jawa yang berpapasan di jalan_menyapaku dengan kata “Hai cukimai, jenengan ape nondi ?”.
Yeah, ngak apa-apa bisa di maklumi kok..!!

Terkadang saya berpikir, kata cukimai itu seperti kata jancok. Keduanya sama saja tergolong kata-kata kotor. Tpi, kata jancok itu masih terlalu sopan bagiku. Jikalau saja temanku itu tahu maksut dari kata cukimai. Mungkin dia tidak menyapaku dengan kata itu.” Heeem..
Sebelumnya saya mohon maaf kawan-kawan, tante-tante, mas-mas dan cong. saya cuman ingin menyinggung sedikit makna di balik kata cukimai. Serius ngk ada niat yang lain, cuman ingin menyinggung. Sedikiiiit..Oke..??

Kamis, 20 November 2014

FUCK YOU, The GOVERNMENT

Berjalan melewati jembatan suramadu tak pernah tertahan dengan ratusan monster berwarna belang-belang berpagar betis menyisiri jalan, pulahan pantongan dan pistol siap menghadang. Tapi kita terus berjalan menyusuri lorong jembatan terpanjang se-asia tenggara. Pistol dan pantongan bukanlah halangan bagi kita para pendobrak government yang telah berkoar semangat mereka. Roh kita telah tertanam dalam satu genggaman satu tujuan dan satu suara untuk berteriak sekuat suara minta satu bahan_Turunkan Bahan Bakar Minyak yang selalu menjadi halangan.

aksi bbm di tol suramadu
Lembaran perang baru kami koarkan di bawa gorong-gorong jembatan suramadu bersama para pejuang penentang lainya di pelosok negeri. Didalam diri kami telah terisi berjuta amunisi untuk mendoprak semua kebijakan tahi kucing. Kalian pemerintah sengaja membiarkan akan saudaramu semakin meradang. Sedangkan kalian mala asik-asikan berantam di meja bundar seperti anak-anak kecil yang lagi guyonan. Ulah konyol kalian membuat rakyat kita hanya bisa gigit jari dan menahan perihnya kehidupan.
Hei…??
Kau yang terpilih cobalah lihat sekeliling. Dengarkan, harapan yang telah kami percayakan, kami wakilkan, kami serahkan untuk mewujutkan apa yang kami harapkan. Kami telah lama bersabar. Kami sudah tersadar tuan, sementara kau masih saja pandai berbohong. Ini ratapan tuan, bukan khayalan. Bukan juga bualan…!!

Senin, 10 November 2014

BERBAHASA 1 BHS OPO REK ?

Di zaman pergerakan mewujudkan Indonesia merdeka, peran bahasa Indonesia sebagai bahasa pemersatu perjuangan jelas tak dapat disangkal. Lewat Sumpah Pemuda, semangat dari berbagai kekuatan bangsa –tak hanya pemuda saja- kian bergelora untuk merdeka.

Memang, pada 28 Oktober 1928 pemuda-pemudi Indonesia berikrar tentang tiga hal. Para pemuda menyatakan bahwa mereka sebangsa, se-tanah air, dan “sebahasa”. Khusus yang disebut terakhir, lengkapnya adalah bahwa pemuda-pemudi “Menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia”.

Di masa sekarang, tampak tak ada persoalan dengan materi sumpah untuk berbangsa dan bertanah-air yang satu. Tapi, untuk sumpah ketiga, kita mesti prihatin. Lihatlah, sikap pemuda di keseharian mereka dalam berbahasa Indonesia, baik lisan maupun tulisan. Ternyata, semangat mereka rendah dalam menjunjung bahasa Indonesia.

Cermatilah bahasa para pemuda sekarang. Maka, akan segera tampak bahwa sumpah yang selalu mereka ulang-ulang setiap tahun di Hari Sumpah Pemuda sama sekali tak masuk ke jiwanya. Tanda-tandanya, sangat mudah dilihat yaitu di saat mereka berbicara. Dalam menyusun kalimat mereka tampak kedodoran di saat memilih kata atau frase.

Lihatlah mutu bahasa Indonesia para pemuda dalam berkirim SMS (pesan pendek). Perhatikanlah kualitas bahasa Indonesia mereka lewat berbagai tulisannya di media sosial (semisal di facebook). Cermatilah mutu bahasa Indonesia mereka di berbagai tayangan sinetron. Dari sana kita akan mudah mendapatkan kata-kata tak baku seperti ‘biarin’, ‘ngurusin’, ‘ngapain’, ‘enggak’, ‘emang’, ‘gini’, ‘aja’, dan kata-kata lain yang sejenis dengan itu.

Para pemuda juga memerparah kualitas berbahasa mereka yaitu di saat mereka secara tanpa alasan mencampur bahasa Indonesia dengan bahasa asing. Para pemuda sama sekali merasa ‘tak berdosa’ di saat mereka dengan fasih menyelipkan kata-kata ‘sorry’, ‘and’, ‘or’, ‘thank you’, dan yang sejenis dengan itu dalam kalimat-kalimatnya.

Atas keadaan yang tak sejalan dengan semangat Sumpah Pemuda ini, siapa yang harus bertanggung-jawab? Tentu saja, yang harus mawas diri adalah semua kalangan dan tak hanya pemuda saja. Bukankah dalam kehidupan ini faktor saling memengaruhi adalah sesuatu yang tak bisa kita hindari? Terlebih di negeri ini yang budaya ‘meniru pemimpin’-nya masih sangat kuat.

Sabtu, 08 November 2014

EMPAT PAHLAWAN NASIONAL YG BARU DI TETAPKAN


Foto repro alm. Sukarni Kartodiwirjo, tokoh dari Jawa Timur yang mendapatkan gelar Pahlawan Nasional Tahun 2014 oleh Pemerintah RI, di Istana Negara, Jakarta, 7 November 2014. Alm. Sukarni lahir di Blitar, 14 Juli 1916 dan meninggal di Jakarta, 7 Mei 1971 di usia 54 tahun, beliau adalah tokoh pejuang kemerdekaan dan merupakan tokoh penting partai Murba. ANTARA/Widodo S. Jusuf