Rabu, 26 November 2014
Sabtu, 22 November 2014
CUKI-MAI, the Government
By. MN |
Entah kenapa kata “cukimai” tiba-tiba
ramai di dalam kelas dan di
warung-warung kofe, di sosial media dan bahkan ada teman asal jawa yang berpapasan di jalan_menyapaku dengan
kata “Hai cukimai, jenengan ape nondi ?”.
Yeah,
ngak apa-apa bisa di maklumi kok..!!
Terkadang saya berpikir, kata cukimai itu seperti
kata jancok. Keduanya sama saja tergolong kata-kata kotor. Tpi, kata jancok itu
masih terlalu sopan bagiku. “Jikalau saja temanku
itu tahu maksut dari kata cukimai. Mungkin dia tidak menyapaku dengan
kata itu.” Heeem..
Sebelumnya
saya mohon maaf kawan-kawan, tante-tante, mas-mas dan cong. saya cuman ingin
menyinggung sedikit makna di balik kata cukimai. Serius ngk ada niat yang lain,
cuman ingin menyinggung. Sedikiiiit..Oke..??
Kamis, 20 November 2014
FUCK YOU, The GOVERNMENT
Berjalan melewati jembatan suramadu tak
pernah tertahan dengan ratusan monster berwarna belang-belang berpagar betis
menyisiri jalan, pulahan pantongan dan pistol siap menghadang. Tapi kita terus
berjalan menyusuri lorong jembatan terpanjang se-asia tenggara. Pistol dan
pantongan bukanlah halangan bagi kita para pendobrak government yang telah
berkoar semangat mereka. Roh kita telah tertanam dalam satu genggaman satu tujuan
dan satu suara untuk berteriak sekuat suara minta satu bahan_Turunkan Bahan
Bakar Minyak yang selalu menjadi halangan.
aksi bbm di tol suramadu |
Lembaran perang baru kami koarkan di
bawa gorong-gorong jembatan suramadu bersama para pejuang penentang lainya di
pelosok negeri. Didalam diri kami telah terisi berjuta amunisi untuk mendoprak
semua kebijakan tahi kucing. Kalian pemerintah sengaja membiarkan akan
saudaramu semakin meradang. Sedangkan kalian mala asik-asikan berantam di meja
bundar seperti anak-anak kecil yang lagi guyonan. Ulah konyol kalian membuat rakyat
kita hanya bisa gigit jari dan menahan perihnya kehidupan.
Hei…??
Kau
yang terpilih cobalah lihat sekeliling. Dengarkan, harapan yang telah kami
percayakan, kami wakilkan, kami serahkan untuk mewujutkan apa yang kami
harapkan. Kami telah lama bersabar. Kami sudah tersadar tuan, sementara kau
masih saja pandai berbohong. Ini ratapan tuan, bukan khayalan. Bukan juga
bualan…!!
Senin, 10 November 2014
BERBAHASA 1 BHS OPO REK ?
Di
zaman pergerakan mewujudkan Indonesia merdeka, peran bahasa Indonesia sebagai
bahasa pemersatu perjuangan jelas tak dapat disangkal. Lewat Sumpah Pemuda,
semangat dari berbagai kekuatan bangsa –tak hanya pemuda saja- kian bergelora
untuk merdeka.
Memang,
pada 28 Oktober 1928 pemuda-pemudi Indonesia berikrar tentang tiga hal. Para
pemuda menyatakan bahwa mereka sebangsa, se-tanah air, dan “sebahasa”. Khusus
yang disebut terakhir, lengkapnya adalah bahwa pemuda-pemudi “Menjunjung bahasa
persatuan, bahasa Indonesia”.
Di masa
sekarang, tampak tak ada persoalan dengan materi sumpah untuk berbangsa dan
bertanah-air yang satu. Tapi, untuk sumpah ketiga, kita mesti prihatin.
Lihatlah, sikap pemuda di keseharian mereka dalam berbahasa Indonesia, baik
lisan maupun tulisan. Ternyata, semangat mereka rendah dalam menjunjung bahasa
Indonesia.
Cermatilah
bahasa para pemuda sekarang. Maka, akan segera tampak bahwa sumpah yang selalu
mereka ulang-ulang setiap tahun di Hari Sumpah Pemuda sama sekali tak masuk ke
jiwanya. Tanda-tandanya, sangat mudah dilihat yaitu di saat mereka berbicara.
Dalam menyusun kalimat mereka tampak kedodoran di saat memilih kata atau frase.
Lihatlah
mutu bahasa Indonesia para pemuda dalam berkirim SMS (pesan pendek).
Perhatikanlah kualitas bahasa Indonesia mereka lewat berbagai tulisannya di
media sosial (semisal di facebook). Cermatilah mutu bahasa Indonesia mereka di berbagai
tayangan sinetron. Dari sana kita akan mudah mendapatkan kata-kata tak baku
seperti ‘biarin’, ‘ngurusin’, ‘ngapain’, ‘enggak’, ‘emang’, ‘gini’, ‘aja’, dan
kata-kata lain yang sejenis dengan itu.
Para
pemuda juga memerparah kualitas berbahasa mereka yaitu di saat mereka secara
tanpa alasan mencampur bahasa Indonesia dengan bahasa asing. Para pemuda sama
sekali merasa ‘tak berdosa’ di saat mereka dengan fasih menyelipkan kata-kata
‘sorry’, ‘and’, ‘or’, ‘thank you’, dan yang sejenis dengan itu dalam kalimat-kalimatnya.
Atas
keadaan yang tak sejalan dengan semangat Sumpah Pemuda ini, siapa yang harus
bertanggung-jawab? Tentu saja, yang harus mawas diri adalah semua kalangan dan
tak hanya pemuda saja. Bukankah dalam kehidupan ini faktor saling memengaruhi
adalah sesuatu yang tak bisa kita hindari? Terlebih di negeri ini yang budaya
‘meniru pemimpin’-nya masih sangat kuat.
Sabtu, 08 November 2014
EMPAT PAHLAWAN NASIONAL YG BARU DI TETAPKAN
Foto repro alm. Sukarni Kartodiwirjo, tokoh dari Jawa Timur
yang mendapatkan gelar Pahlawan Nasional Tahun 2014 oleh Pemerintah RI, di
Istana Negara, Jakarta, 7 November 2014. Alm. Sukarni lahir di Blitar, 14 Juli
1916 dan meninggal di Jakarta, 7 Mei 1971 di usia 54 tahun, beliau adalah tokoh
pejuang kemerdekaan dan merupakan tokoh penting partai Murba. ANTARA/Widodo S.
Jusuf
Langganan:
Postingan (Atom)