Selasa, 02 Desember 2014

KELILING PULAU GARAM DENGAN DOMPET "Pas-pasan".

Secara garis besar, Madura memiliki dua jalur : jalur utara dan jalur selatan. Masing-masing memiliki tipikal yang berbeda. Jalur utara lebih sempit dan jalannya lebih rusak dan amburadul. Kebanyakan kendaraan luar kota memilih jalur selatan yag lebih ramai karena terhubung langsung dengan jembatan tol suramadu dan kota-kota di Madura.  Konon katanya jalur utara sama bahayanya dengan jalur Pantura di jawa_ banyak blater, prampok, dan preman. Walaupun demikian kami tetap memilih jalur utara soalnya lebih dekat dengan pantai Slopeng dan lebih banyak menawarkan pemandangan yang beragam ketimbang jalur selatan yang gersang. Sepanjang perjalanan kita akan disugahi dengan berbagai macam pemandangan yang eksotis. Kita bisa mampir dikampoeng arab atau bisa foto-foto di atas bukit kapur berlubang di sepanjang Sampang. Jalur utara Madura juga menyediakan pasar dan tempat jual-beli  ole-ole khas Madura.

Bukit Kapur

Saya dan temanku suwardono, start perjalanan dari Kec, Kamal. Kab. Bangkalan salah satu kabupaten di Madura yang berbatasan dengan Surabaya. Walaupun jalur utara Madura terkenal ganas, kami tetap melewatinya demi menghemat bensin yang pas-pasan dan mengejar senja di pantai Slopeng. Sebenarnya ada trik tersendiri biar tak di bajak  oleh preman jalur utara. Triknya mudah saja, jika di siang hari jangan pernah matikan lampu kendaraan anda dan jika di malam hari nyala-matikan lampu kendaraan anda setiap melewati perbatasan desa. Nyala-matikan lampu kendaraan itu adalah sebagai penanda bagi para pembajak agar tidak merampok kendaraan asli orang sana.  

  
Setelah menempuh perjalanan yang lika-liku selama dua jam lebih, akhirnya sampai juga di daerah sumenep. Tak mau membuang-buang waktu kami langsung mampir ke pantai Slopeng yang berpasir luas seperti pantai Parangtritis yang terkenal di pulau jawa.

Pantai Lombeng

Keesokan harinya kami melanjutkan perjalanan ke kota sumenep. Menikmati suasana kota di pagi hari dengan segelas koffe susu dan kentang goreng di alun-alun kota sumenep dan kemudian Sholat jum,at di masjid Jam’mi salah satu masjid tertua dan paling berpengaruh sepanjang sejarah islam di Nusantara.

Masjid Jammi

Setelah dua hari berputar-putar di kota sumenep, kotanya para sultan. Kami pun memutuskan balik ke Bangkalan hari itu juga. Walaupun sebenarnya dalam hati pengen berlama-lama di sumenep. Tapi, apalah daya uang pas-pasan dan baju di badan tidak cukup menghidupi kami lebih dari dua hari.

Saat itu waktu menunjukan pukul 16:23 wib. Satu jam lagi datang sholat makhrib sedangkan waktu perjalanan pulang masih tiga jam. ini berarti kita akan habiskan dua jam di atas kendaraan menembus malam. Pilihannya hanya ada dua: pulang lewat jalur selatan ataukah jalur utara ?. Menimbang kendaraan yang suka batuk-batukan dan sering mati tiba-tiba, dan di tambah lagi dengan hujan yang tak tahu kapan habisnya. Maka, jalur selatan menjadi  pilihan  pertama. 

Perjalanan Balik
Sayangnya nasib baik tak bersahabat dengan kita, hujan dan angin terus membuntuti sepanjang perjalanan pulang. Motor yang pesakitan itu juga ikut-ikutan  menambah masalah. Kalau tahu keadaannya gitu, bendingan mengambil pilihan yang ke dua: lewat jalur utara- lebih dekat tidak sampai membuat bokongku panas dan mungkin juga tidak sampai mengigil seperti itu.

Ada kata pepatah (Ah. siaal aku lupa pepatahnya. Sorry ya..!?). Tapi yang jelas rasa sial semalam telah di bayar dengan cahaya fajar di pantai Sampang.     


Pantai Sampang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar