Selasa, 05 Agustus 2014

ANTARA PUASA DAN HARI BIASA SAMA SAJA.

Perputaran roda waktu terus berputar membawa kita pada peradaban baru yang lebih instan Tapi, tak ada hitungan yang jelas mengenai waktu yang bergulir meninggalkan sebuah cerita yang akan menjadi sebuah prasasti masa lalu. Meskipun demikian, kita tak bisa melupakan begitu saja sejarah yang telah membawa kita sampai sekarang. Iya_sampai sekarang  ditahun 2014 ini, kita telah meninggalkan masa lalu dengan sejumlah kenangan yang mungkin tak akan pernah terlupakan.

Tak ada pelangi tujuh warnah yang tanpak dilangit hari ini,  tak ada juga nyanyian khusus yang terdengar  disudut kota, semuanya tanpak biasa-biasa saja. Hari ini adalah hari yang ke tiga puasa dan hari ini juga hari yg ketujuh saya di kota bunga. Kebanyakan waktu saya habiskan di dalam kontrakan bersama keluarga dan bermain labtop. Tapi bukan berarti saya acuh dengan keadaan diluar, kalau sudah jenuh di kontrakan  saya ke alun-alun atau matos bersama teman. Walaupun hari ini tanpa pelangi dilangit, tapi bagiku ini adalah pagi yang baik di kota Malang.

Hari ini adalah hari pertama bulan juli, seharusnya_di akhir bulan ini tugas organisasi ku yang sempat terpotong kemarin selesai. Aku tak mau lagi menunda-nunda tugas ini_sudah terlalu lama saya menundanya bahkan sampai molor dua bulan. Sengaja saya adakan program ini di bulan juli karna bulan ini kampusku libur panjang dan otomatis tak ada perkuliahan_jadi saya dan teman-teman organisasi lebih berkonsentrasi pada tugas. Saya tak mau buang-buang waktu lagi, maka di hari yang ketiga ini, saya langsung balik kemadura, ya Kemadura.
Walaupun berat hati tapi saya harus melakukannya karna ini adalah jalan yg telah saya pilih. Saya tak peduli walaupun itu berselimut kesunyian dan berteman dengan kebosanan, saya tak peduli. Saya yakin Ayah dan Ibu di kampung tak mau melihat anaknya kesepian, Doa mereka tak akan membiarkan saya melihat senja dengan wajah muram. Dengan penuh keyakinan saya mulai semangat melanjutkan perjalanan, pengen cepat-cepat sampai ke Madura dan merabahkan tubuh ini di atas ranjang. Suasana kota surabaya terlalu keras bagiku, apalagi sekarang bulan puasa.

Waktu menunjukan pukul 11 siang, Bus yang saya tumpangi mulai masuk kedalam sarangnya. Disana banyak penumpang telah menunggu kedatangan Bus itu. Aku melangkah masuk ke dalam sarang dan mencari lagi Bus tujuan Madura. Langkah ku sempat macet sebentar karena berdesak desakan dengan beragam macam penumpang mulai dari Papua, Manado, Batak, Dayat, Sunda, Jawa dan Madura Semuanya berkumpul dalam satu sarang dan satu tujuan. Yah tujuan Apalagi kalau bukan Mudik lebaran ?    

Perjalanan ku masih dua jam lagi kawan baru sampai kemadura, dari sarang Bus yang bernama Terminal Bungurasi itu saya naik “Lenk” menuju pelabuhan perak setelah itu naik kapal laut ke Madura. Selama perjalanan balik dari malang ke surabaya, ada banyak kejadian menjengkelkan yg menjanggal batinku. Waktu itu kawan_saya di tawarkan minuman dalam Bus oleh seorang pedagang jalanan. Tapi saya menolaknya dengan alasan puasa. Memang saya lagi puasa kok hari itu..!!
Anehnya kawan_penjual itu tak mau pergi tapi malah maksa aku membeli minuman ditangannya. Sungguh mati..ee.!!

Ternyata kebiasaan seperti itu tidak hanyah di Bus dan terminal Bungurasi. Tapi, di atas kapal tujuan Perak-Madura juga ada. Parahnya lagi kawan_tak ada yang menegur dan mengawasi apalagi melarang. Seharusnya ada sebuah aturan yg mengaturnya walaupun itu hanyah tulisan tangan di kertas atau tulisan di dinding, bukan membiarkan berkeliaran di mana-mana. Sungguh kawan_kebiasaan seperti ini jika di diamkam terlalu lama akan jadi sebuah kebenaran. Orang tak akan berpikir kalau ini adalah bulan puasa dan orang yg sedang puasa akan semakin tertekan batinnya. Seperti saya ini..!!

Siang hari di bulan Ramadhan.  Siapa saja_pasti marah kawan_jika ditawarkan makan. Tapi, itu tak ada “efek” untuk orng yang tidak puasa. Namun saya yakin kawan_jika dia masih punya segumpal iman ia pasti menolaknya, walaupun dia bukan muslim. Sebenarnya ada lagi satu perbuatan yang paling menjengkelkan, entah itu satu kebiasaan atau kebutulan. Tapi, yang jelas kawan_ketika saya lagi duduk di ruang tunggu terminal bungurasi, banyak yang makan-minum di jalan-jalan dan di ruang tunggu. Padahal itu tempat umum_siang hari lagi. Saking banyaknya kawan_kita tak bisa bedakan bulan puasa dan hari biasa. Sempat terlintas dalam pikiranku_Mereka itu seperti hewan yang berpakain tapi tak memakai celana. Saya berharap semoga hati mereka masih berbentuk daging merah bukan besi tua berkarat.  Aaahh sudahlah itu urusan dia dengan Tuhannya. Kataku dalam hati.


Aku akhirnya tiba di kosan setelah empat jam perjalanan dari kota tinggi. Sampai di kosan saya langsung merabahkan tubuh ini ke ranjang. Tapi, sebelum itu saya rapikan kosan dulu yang berantakan dan kotor mungkin karna sudah dua minggu tak di tempati. Tubuh ini_saya sandarkan ke dinding dan kedua tangan memegang novel tepat di depan wajahku. Satu persatu kalimat saya lewati, suara jam tangan semakin meninggalkan detik  dan menit sampai jarum pentek mengarah ke angka 9 malam. Aku masih membaca buku dan terus membaca sampai satu persatu huruf dalam setiap kata buram dari penglihatanku. Makin gelap dan tak terbaca lagi, tiba-tiba aku hilang dibawa jalan-jalan kedalam belantara mimpi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar