Perputaran roda waktu terus berputar
membawa kita pada peradaban baru yang lebih instan Tapi, tak ada hitungan yang
jelas mengenai waktu yang bergulir meninggalkan sebuah cerita yang akan menjadi
sebuah prasasti masa lalu. Meskipun demikian, kita tak bisa melupakan begitu
saja sejarah yang telah membawa kita sampai sekarang. Iya_sampai sekarang ditahun 2014 ini, kita telah meninggalkan
masa lalu dengan sejumlah kenangan yang mungkin tak akan pernah terlupakan.
Tak ada pelangi tujuh warnah yang
tanpak dilangit hari ini, tak ada juga
nyanyian khusus yang terdengar disudut
kota, semuanya tanpak biasa-biasa saja. Hari ini adalah hari yang ke tiga puasa
dan hari ini juga hari yg ketujuh saya di kota bunga. Kebanyakan waktu saya
habiskan di dalam kontrakan bersama keluarga dan bermain labtop. Tapi bukan
berarti saya acuh dengan keadaan diluar, kalau sudah jenuh di kontrakan saya ke alun-alun atau matos bersama teman.
Walaupun hari ini tanpa pelangi dilangit, tapi bagiku ini adalah pagi yang baik
di kota Malang.
Hari ini adalah hari pertama bulan
juli, seharusnya_di akhir bulan ini tugas organisasi ku yang sempat terpotong
kemarin selesai. Aku tak mau lagi menunda-nunda tugas ini_sudah terlalu lama
saya menundanya bahkan sampai molor dua bulan. Sengaja saya adakan program ini
di bulan juli karna bulan ini kampusku libur panjang dan otomatis tak ada
perkuliahan_jadi saya dan teman-teman organisasi lebih berkonsentrasi pada
tugas. Saya tak mau buang-buang waktu lagi, maka di hari yang ketiga ini, saya
langsung balik kemadura, ya Kemadura.
Walaupun berat hati tapi saya harus melakukannya karna
ini adalah jalan yg telah saya pilih. Saya tak peduli walaupun itu berselimut
kesunyian dan berteman dengan kebosanan, saya tak peduli. Saya yakin Ayah dan
Ibu di kampung tak mau melihat anaknya kesepian, Doa mereka tak akan membiarkan
saya melihat senja dengan wajah muram. Dengan penuh keyakinan saya mulai
semangat melanjutkan perjalanan, pengen cepat-cepat sampai ke Madura dan
merabahkan tubuh ini di atas ranjang. Suasana kota surabaya terlalu keras
bagiku, apalagi sekarang bulan puasa.
Waktu menunjukan pukul 11 siang, Bus
yang saya tumpangi mulai masuk kedalam sarangnya. Disana banyak penumpang telah
menunggu kedatangan Bus itu. Aku melangkah masuk ke dalam sarang dan mencari
lagi Bus tujuan Madura. Langkah ku sempat macet sebentar karena berdesak
desakan dengan beragam macam penumpang mulai dari Papua, Manado, Batak, Dayat,
Sunda, Jawa dan Madura Semuanya berkumpul dalam satu sarang dan satu tujuan.
Yah tujuan Apalagi kalau bukan Mudik lebaran ?
Perjalanan ku masih dua jam lagi kawan baru
sampai kemadura, dari sarang Bus yang bernama Terminal Bungurasi itu saya naik
“Lenk” menuju pelabuhan perak setelah itu naik kapal laut ke Madura. Selama
perjalanan balik dari malang ke surabaya, ada banyak kejadian menjengkelkan yg
menjanggal batinku. Waktu itu kawan_saya di tawarkan minuman dalam Bus oleh
seorang pedagang jalanan. Tapi saya menolaknya dengan alasan puasa. Memang saya
lagi puasa kok hari itu..!!
Anehnya kawan_penjual itu tak mau pergi tapi malah maksa aku membeli minuman
ditangannya. Sungguh mati..ee.!!
Ternyata kebiasaan seperti itu tidak
hanyah di Bus dan terminal Bungurasi. Tapi, di atas kapal tujuan Perak-Madura
juga ada. Parahnya lagi kawan_tak ada yang menegur dan mengawasi apalagi
melarang. Seharusnya ada sebuah aturan yg mengaturnya walaupun itu hanyah
tulisan tangan di kertas atau tulisan di dinding, bukan membiarkan berkeliaran
di mana-mana. Sungguh kawan_kebiasaan seperti ini jika di diamkam terlalu lama
akan jadi sebuah kebenaran. Orang tak akan berpikir kalau ini adalah bulan
puasa dan orang yg sedang puasa akan semakin tertekan batinnya. Seperti saya
ini..!!
Siang hari di bulan Ramadhan. Siapa saja_pasti marah kawan_jika ditawarkan
makan. Tapi, itu tak ada “efek” untuk orng yang tidak puasa. Namun saya yakin kawan_jika
dia masih punya segumpal iman ia pasti menolaknya, walaupun dia bukan muslim. Sebenarnya
ada lagi satu perbuatan yang paling menjengkelkan, entah itu satu kebiasaan
atau kebutulan. Tapi, yang jelas kawan_ketika saya lagi duduk di ruang tunggu
terminal bungurasi, banyak yang makan-minum di jalan-jalan dan di ruang tunggu.
Padahal itu tempat umum_siang hari lagi. Saking banyaknya kawan_kita tak bisa
bedakan bulan puasa dan hari biasa. Sempat terlintas dalam pikiranku_Mereka itu
seperti hewan yang berpakain tapi tak memakai celana. Saya berharap semoga hati
mereka masih berbentuk daging merah bukan besi tua berkarat. Aaahh sudahlah itu urusan dia dengan Tuhannya.
Kataku dalam hati.
Aku akhirnya tiba di kosan setelah
empat jam perjalanan dari kota tinggi. Sampai di kosan saya langsung merabahkan
tubuh ini ke ranjang. Tapi, sebelum itu saya rapikan kosan dulu yang berantakan
dan kotor mungkin karna sudah dua minggu tak di tempati. Tubuh ini_saya
sandarkan ke dinding dan kedua tangan memegang novel tepat di depan wajahku.
Satu persatu kalimat saya lewati, suara jam tangan semakin meninggalkan
detik dan menit sampai jarum pentek
mengarah ke angka 9 malam. Aku masih membaca buku dan terus membaca sampai satu
persatu huruf dalam setiap kata buram dari penglihatanku. Makin gelap dan tak
terbaca lagi, tiba-tiba aku hilang dibawa jalan-jalan kedalam belantara mimpi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar