Sabtu, 23 Agustus 2014

PANITIA "Kopla'an"

Berakit-rakit ke hulu-berenang renang ketepian
Berjoget-joget dahulu-berpusing-pusing kemudian.

Mungkin pantun diatas sangat "pas" jika dikaitkan dengan ORMABA sekarang. Di  kampus ku contonya, penutupan ormaba dihiasi dengan acara makan-makan, joget-joget, dan pesta kembang api. Bisa dikatakan ormaba kali ini lebih banyak di dalam ruangan ketimbang di lapangan, beda dengan tahun-tahun kemarin yang lebih banyak di lapangan.

Seingatku dulu, waktu ormabanya “aku” jarang sekali kegiatan ormaba di adakan dalam ruangan. Hampir semua kegiatannya di bawah sinar matahari, semua peserta di kumpulin jadi satu pasukan oleh panita kemudian di bentak-bentak, dibego-begoin, dimara-marahin bahkan terkadang ditendang kemudian disuruh  lari keliling lapangan. Tapi itu dulu, sebelum di “kedoknya” aturan yang melarang kekerasan dalam ospek dan keterlibatan mahasiswa dalam ormaba.

Bedanya dulu dengan sekarang. Dulu panitia masih mengartikan kedisipinan itu harus dengan kekerasan atau kontak fisik tapi sekarang, disiplin dimaknai dengan banyak materi yang disampaikan. Saya sepakat dengan kedua teori ini karena keduanya sama-sama ada baik dan benarnya, tergantung dari kacamata apa kita melihat teori itu.

Jika kita bandingkan panitia ormaba dulu dengan sekarang, ada sedikit perbedaan. Mungkin karena aturan ormaba banyak mengalami perubahan, jadi mau tidak mau cara kerja panitiapun ikut berubah. Bedanya dulu dengan sekarang adalah kalau dulu panitianya minimal semester empat mahasiswa aktif, keras, galak, pintar dan juga aktif dalam organisasi. Tapi, kalau panitia ormaba yang sekarang tidak jahat tidak aktif, tidak pintar tapi genit-genit dan pedofil semua, sukanya “cenge-ngesan” depan peserta. Penampilan mereka minta ampun lebainya. Jika  disuruh jadi pengawas ormaba tidak ada yang mau. Tapi, kalau disuruh jadi bagian kedisiplinan dan bagian layanan oprasional, senangnya minta ampun. Pertanyaanya seperti ini “siapa yang ngak mau dekat dengan wanita-wanita cantik dan pria-pria ganteng, raktor juga pasti mau apalagi panitia”. Pikiran seperti itulah yang ada dalam batok panitia sekarang, maunya yang asik-asik tapi kerjanya tidak “becuss”. Bagaimana tidak, panitia yang ditugasin bagian disiplin_Eh malah gombalin peserta. Itu kurang ajar namnya, perlu di didik lagi itu panitia. 

Kembali lagi ke pantun diatas, kegiatan ormaba kali ini memang terkesan pedagog dan santai, bentak-bentakan dari panitia dikurangi, kegiatannya lebih di tekankan pada praktek dan motifasion. Seperti menanam 5000 pohon bakau di sepanjang pesisir pantai, mendengar sang motifator ESQ berjam-jam dalam ruangan. Mengadakan lomba LKTI, Debat dan Diskusi, bukan cuman itu. Penutupan ormabanya di hiasi dengan acara joget-jogetan, pacaran dan pedekate berjama’ah. Dalam beberapa kesempatan, saya sengaja bilang kepada peserta “kalian bersenang-senanglah sepuas hati kalian. Karna ini adalah waktunya. Tapi ingat, suatu saat kalau tugas kalian dirobek  trus di injak-injak dosen jangan nangis sepuas hati kalian”.

Sekali lagi saya sepakat dengan dua teori diatas, tapi yang saya tidak sepakat adalah orang yang menjalankan teori itu. Bagaimana tidak, ormaba kali ini banyak sekali kejadian memalukan. Saya ambil satu contoh, dalam hal penugasan oleh panitia kepada peserta ormaba, itu tidak terkontrol dengan baik sehingga ada sebagian panitia diam-diam menarik uang kepada peserta tanpa sepengetahuan panitia yang lain. Disamping itu juga ada banyak “panitia siluman” yang disusupkan kedalam ormaba oleh organisasi tertentu demi mendapatkan kursi politik. Akhirnya banyak  panitia yang “nganggur” karena tugas dan tanggung jawab mereka telah di ambil alih oleh panitia-panitia siluman tadi. Bagiku itu adalah masalah_masalah yang berdampak besar. Bisa juga di katakan itu adalah tanparan keras bagi panitia terutama ketupel ormaba agar lebih siap dan matang dalam membuat kegiatan ormaba_atau jangan-jangan ketupel adalah dalang dari semua masalah ?  Bisa jadi..!!  


Tidak selamanya air yang mengalir itu lancar dan tidak selamanya air sumur itu jernih dan tenang. Pasti ada yang menghalangi atau mempengaruhi ketenangan dan kejernihan air itu Begitupula dengan kegitan Ormaba, tidak mungkin selamanya dapat berjalan dengan lancar. Pasti ada alasan tersendiri bagi para “pengacau” yang tidak akan senang sebelum kegiatan itu gagal walaupun tidak keseluruhan. Semua itu takan bisa diatasin, jika tanpa keseriusan yang sungguh-sungguh dari panitia. Dan juga tidak perlu bagus atau tidaknya tugas yang diberikan, menjadi pengawas Ormaba dan menjadi Kadisma atau LO tak ada bedanya semuanya sama saja, sama-sama pusing dan sibuk. Hanyah orang-orang  yang ingin “berproses” sajalah yang bisa memetik makna dari semua itu dan untuk dibagikan kesesama bukan orang yang hanya ikut-ikutan menjadi panitia, sok-sok pintar didepan peserta dan suka cenge-ngesan


Tidak ada komentar:

Posting Komentar