Puas
dengan jalan-jalan di Monas, Taman Mini, Isatana Negara dan Kota Tua. Kita langsung
menuju Bandung. Empat jam perjalanan dari Jakarta lewat jalan Tol Cipularang
yang katanya banyak mahluk abstrak itu. Pas ketika sampai di kawasan
cipularang, ternyata dan ternyata tak ada mahluk abstrak sama sekali. Yang ada
hanyalah suara music dangdut monata yang sengaja dari tadi diputar oleh sopir
biar penumpangnya ketiduran.
Diseper
dua malam yang dingin itu, terlihat hanya ada satu-dua kendaraan yang
lalu-lalang disepanjang jalan bandung barat. Karena rombongan sudah teriak-teriak
lapar, maka bus langsung menuju kepenginapan. Teman-teman yang dari tadi tidur dalam bus, melanjutkan
tidur lagi di atas kasur yang empuk dan nyaman, ada sebagian yang sholat, ada
yang makan, ada yang mandi dan ada juga yg beol (bagi yg belum beol). Semuanya
sibuk dgn kesibukannya masing-masing, hanyah aku sendiri yang sibuk dari tadi nonton
Piala Dunia (Belanda melawan Spanyol) dan ternyata spayol kalah. Bhuahahaaa…
Besok
paginya rombongan langsung menuju satu objek wisata di Bandung yaitu Gunung
Tangkuban Perahu. Hanya tiga puluh menit dari penginapan kita sudah berada
dipuncak gunung yang penuh mitos, awalnya saya pikir gunung tangkuban perahu ukurangnya
itu takterlalu luas, tak terlalu lebar,
takterlalu tinggi, takterlalu bagus dan takterlalu dingin ternyata tidak,
bentuk, pemendangan dan keadaannya beda dengan yang saya pikirkan dan saya banyangkan. suasana gunung itu takbisa dijelaskan dengan tulisan maupun
kata-kta.
Semua
orng yg pernah kesitu punya cerita tersendiri yang diceritakan. Punya pandangan
dan pengalaman sendiri yang dibagikan Tapi, bagiku apapun itu bentuknya,
bagaimanapun keadaaanya, seperti apa mitosnya, yang jelas berada di puncak
gunung tangkubang perahu, rasanya seperti berada ditepi syurga namun jika anda
buat kesalahan atau melanggar batas yg ditetapkan maka siap-siap jatuh kedalam
neraka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar