Sabtu, 28 Juni 2014

BUDAYA BACA



Di indonesia setiap daerah punya perpustakaannya sendiri sendiri, saat ini kabupaten mana yg takpunya perpustakaan ? rasanya tak ada, semuanya punya perpustakaan. Tapi, sepertinya lebih banyak lagi perpustakaan yang nasibnya merana alias mati suri. Tak jarang perpustakaan hanyah menjadi bangunan tua, tempat pengasingan yang layu, sepi pengunjung, kumuh penuh debu, angker dan menjadi tujuan akhir para penerbit buku untuk menyumbangkan buku bukunya yang tak laku lagi dipasaran.

Untuk itu kawan, marilah kita berpikir sejenak, kenapa di jogjakarta yang konon dijuluki kota pelajar itu melahirkan banyak penulis ulung dan cerdas. Anda tau kenapa, karena budaya mereka. Baca buku adalah budaya mereka, masyarakatnya selalu membaca tanpa kenal lelah, hampir semua tempat orang membaca buku, entah itu warung kopi, warung makan, pasar ikan, alun alun dan di sudut sudut gang jalan ada yang baca buku bahkan tukang becakpun  yang sedang menunggu  penumpang baca buku.

Dalam (The Library as an Agency Of Culture). Thomas Agust mengatakan “ Perpustakaan hanyalah bermanfaat bagi mereka yang memliki tradisi membaca. Bagi orang yang bernafsu membaca, jalananpun bisa menjadi perpustakaan.

Oleh karena itu kawan, marilah kita budayakan budaya baca buku, entah itu buku apapun asal jangan buku atau majalah yang berbau porno. Hal foster pernah mengatakan dalam Posmodern Culture bahwa “pembangunan sumberdaya manusia akan menemukan jalan mudah jika dilakukan melalui sisi budaya”. Jika baca buku sudah menjadi budaya maka nafsu membaca akan bercokol dikepala dan jiwa. Buku adalah jendelanya dunia. Artinya dengan membaca satu buku  ia telah mengetahui sebagian dunia. Jika lebih banyak baca buku iya telah mengetahui seisi dunia. Maka dari itu, mulailah baca buku dari diri sendiri.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar