Dewi Ulva |
“ Sadarlah Ria, kamu ini siapa
? jangan berkhayal terlalu tinggi, bisa kerja disawah saja sudah beruntung
kamu, bisa dapat uang dari pada nganggur. Jangan berharap bisa kuliah dan jadi
orang besar, bisa hidup dan makan saja sudah untung”. Kata seorang paruh baya
yang hingga kini terus terngiang di fikiranku, hatikupun dibuatnya gelisah dan
ciut, takut untuk benar-benar beranjak dan berlari dari sebuah bayang kelam
menuju jalan dengan cahaya terang.
“sedang apa kamu ndok,? Sudah malam
ayo tidur, ini udaranya dingin lo, wes ndang mlebu!” ucap ibuku sambil menepuk pundakku. Semua
lamunanku pun akhirnya hilang ikut berlalu dengan kencangnya hembusan angina
malam.
“ndak papa buk, Cuma gerah
didalem”. Ucapku sambil mengusap air mata yang sempat meleleh dipipiku